KARYA
TULIS ILMIAH
“KEMISKINAN SEBAGAI MASALAH SOSIAL”.
“KEMISKINAN SEBAGAI MASALAH SOSIAL”.
Kata Pengantar
Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Kurangnya Keperdulian Remaja Modern Terhadap Kesenian Tradisional”.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia, disamping itu Penulis juga berharap Karya
Tulis Ilmiah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para
siswa pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
memberikan bantuan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua.
Depok, Jawa Barat 28 September 2017.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR
ISI.......................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN.
1.1 Latar
Belakang..............................................................................................1
1.2 Permasalahan................................................................................................2
1.3
Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.
2.1 Definisi
Masalah...........................................................................................3
2.2 Penyebab Kemiskinan...................................................................................4
2.3
Pemecahan Masalah
Melalui Pendekatan-Pendekatan Pemecahan Masalah.........................................................................................................7
BAB
III PENUTUP.
3.1
Kesimpulan...................................................................................................9
3.2
Saran.............................................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Kemiskinan sebuah kondisi kekurangan yang
dialami seseorang atau suatu keluarga. Kemiskinan telah menjadi masalah yang
kronis karena berkaitan dengan kesenjangan dan pengangguran. Walaupun
kemiskinan dapat dikategorikan sebagai persoalan klasik, tetapi sampai saat ini
belum ditemukan strategi yang tepat untuk menanggulangi masalah kemiskinan,
sementara jumlah penduduk miskin tiap tahunnya meningkat.
Walaupun
kemiskinan dapat dikategorikan sebagai persoalan klasik, tetapi sampai saat ini
belum ditemukan strategi yang tepat untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan
merumuskan kebijakan anti kemiskinan, sementara jumlah penduduk miskin tiap
tahunnya meningkat. Ketidakberhasilan itu kiranya bersumber dari cara pemahaman
dan penanggulangan kemiskinan yang selalu diartikan sebagai sebuah kondisi
ekonomi semata-mata.
Mengatasi
kemiskinan pada hakekatnya merupakan upaya memberdayakan orang miskin untuk
dapat mandiri, baik dalam pengertian ekonomi, budaya dan politik.
Penanggulangan kemiskinan tidak hanya dengan pemberdayaan ekonomi, akan tetapi
juga dengan pemberdayaan politik bagi lapisan miskin merupakan sesuatu yang
tidak dapat terelakkan kalau pemerataan ekonomi dan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat yang berkeadilan sosial seperti yang dikehendaki.
1.2 Permasalahan.
Makalah ini
akan membahas tentang masalah-masalah :
1. Kemiskinan Di Indonesia.
2. Definisi Kemiskinan.
3. Penyebab Terjadinya Kemiskinan .
4. Identifikasi Pelayanan Pekerjaan Sosial yang
berhubungan dengan kemiskinan.
5. Identifikasi Potensi dan Sistem Sumber di
Indonesia Pemecahan Kemiskinan Melalui Pendekatan-Pendekatan Pemecahan Masalah.
1.3 Tujuan
Penulisan.
Tujuan dari
penulisan makalah ini untuk mengetahui pengetahuan mengenai masalah-masalah
kemiskinan dan memberi informasi tentang kemiskinan, selain itu makalah ini
juga digunakan sebagai salah satu syarat memperoleh nilai pada mata kuliah
Sosial Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Masalah.
Kemiskinan
memiliki defenisi berbeda bergantung pada cara pandang dan indikatornya. Secara
tradisional kemiskinan sering dipandang sebagai ketidakmampuan orang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling mendasar. Kemiskinan merupakan konsep
yang berwayuh wajah, bermatra multidimensional. Ellis (1984:242-245), misalnya,
menunjukkan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan
sosial-psikologis.
Secara
ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Sumberdaya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya aspek
finansial, melainkan pula semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan konsepsi ini, maka
kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumberdaya
yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis
kemiskinan (poverty line). Cara seperti ini sering disebut dengan metode
pengukuran kemiskinan absolut. Garis kemiskinan yang digunakan BPS sebesar
2,100 kalori per orang per hari yang disetarakan dengan pendapatan tertentu
atau pendekatan Bank Dunia yang menggunakan 1 dolar AS per orang per hari
adalah contoh pengukuran kemiskinan absolut.
Faktor-faktor
penghambat tersebut secara umum meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya
pendidikan atau adanya hambatan budaya. Teori “kemiskinan budaya” (cultural
poverty) yang dikemukakan Oscar Lewis, misalnya, menyatakan bahwa kemiskinan
dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh
orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki
etos kerja dan sebagainya.
Faktor
eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi
atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam
memanfaatkan sumberdaya. Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan
kemiskinan struktural. Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan
dikarenakan “ketidakmauan” si misikin untuk bekerja (malas), melainkan karena
“ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menydiakan
kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Konsepsi
kemiskinan yang bersifat multidimensional ini kiranya lebih tepat jika
digunakan sebagai pisau analisis dalam mendefinisikan kemiskinan dan merumuskan
kebijakan penanganan kemiskinan di Indonesia.
Sebagaimana
akan dikemukakan pada pembahasan berikutnya, konsepsi kemiskinan ini juga
sangat dekat dengan perspektif pekerjaan sosial yang memfokuskan pada konsep
keberfungsian sosial dan senantiasa melihat manusia dalam konteks lingkungan
dan situasi sosialnya. (Edi Suharto, 2004).
Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Kementrian Sosial (2004), kemiskinan adalah ketidakmampuan induvidu
dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup secara layak dan mencapai
kesejahteraan sosial. Sedangkan menurut pengertian lain, Kemiskinan (poverty)
adalah suatu kondisi yang ditandai oleh berbagai keterbatasan yang
mengakibatkan rendahnya kualitas kehidupan seseorang/keluarga seperti rendahnya
penghasilan, keterbatasan kepemilikan rumah tinggal yang layak huni, pendidikan
dan keterampilan yang rendah, serta hubunyan sosial dan akses informasi yang
terbatas (Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial, 2003:145).
Dengan mengacu pendapat di
atas, maka di peroleh pengertian bahwa, kemiskinan merupakan kondisi individu,
keluarga ataupun kelompok masyarakat yang mengalami hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar yang lain, sehingga kualitas hidup dan
tingkat kesejahteraan sosialnya rendah.
2.2 Penyebab
Kemiskinan.
Kemiskinan
disebabkan oleh banyak faktor. Jarang ditemukan kemiskinan yang hanya disebakan
oleh faktor tunggal. Menurut Suharto, (2009:17-18), secara konsep, kemiskinan
bisa diakibatkan oleh empat faktor, yaitu :
1.Faktor
Ekonomi .
Yakni
turunnya pertumbuhan ekonomi,akibat adanya inflasi,refresi dan
sebagainya,menimbulkan kemiskinan ,sehingga kemsikinan relatiif dam
absoulut semakin bertambah.Kemiskinan akibat perekonomian dapat
diselesaikan diatasi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik
dan merata.
Disamping itu pertumbuhan
ekonomi juga kelangkaan sumber-sumber daya ekonomi merupakan salah satu sebab
timbulnya kemiskinan.
2.Faktor
Individual .
Terkait
dengan aspek patalogi, termasuk kondisi fisik dan psikologis di miskin.Orang
yang menjadi miskin karena adanya kecacatan pribadi,dalam arti
fisik,mental(attitude),malas,tidak jujur,merasa terasing sehingga mereka tidak
dapat mencari pekerjaan.
3.Faktor Sosial .
Kondisi-kondisi
lingkungan sosial yang menjebak orang menjadi miskin. Misalnya terdapat
deskriminasi ,berdasarkian usia,jender,etnis,yang menyebabkan orang menjadi
miskin. Termasuk dalam faktor ini ialah kondisi sosial keluarga si miskin yang
biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi.
4. Faktor Kultural.
Kondisi atau
kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering
menunjuk konsep “kemiskinan kultural” atau budaya kemiskinan.Menghubungkan
dengan penelitianOscar Lewis di Amerika Latin : bahwa memang ada apa yang
disebut kebudayaan kemsikinan,yaitu pola kehidupan masyarakat yang mencerminkan
pola hidup apatis,ketidak jujuran,ketergantunga,motivasi yang rendah,ketidak
stabilan keluarga dsb.
Kebudayaan kemiskinan
merupakan ciri dari suatu negara msikin .
5. Faktor Struktural.
Menunjuk
pada struktur atau sistem yang tidak adil ,tidak sensitif,dan tidak
accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi
miskin.Sebagai contoh , sistem ekonomi neoriberalisme yang diterapkan di
Indonesia telah menyebabkan para petani,nelayan,dan pekerja sektor
informal terjerat oleh, dan sulit keluar dari
kemiskinan.Sebaliknya,stimulus ekonomi pajak dan iklim investasi lebih
menguntungkan orang kaya dan pemodal asing untuk terusdapat memumupk
kekayaan.
Menurut Gillin dan Gillin,
masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada
dalam masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat
terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga
menyebabkan kepincangan sosial. Apabila antara unsur moral, politik,
pendidikan, agama, kebiasaan dan ekonomi terjadi bentrokan, maka hubungan
sosial akan ikut terganggu sehingga mungkin akan terjadi kegoyahan dalam
kehidupan kelompok.
Jenis - Jenis Kemiskinan
Ukuran kemiskinan menurut
Nurkse,1953 dalam Mudrajad Kuncoro, (1997) secara sederhana dan yang umum
digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.
Kemiskinan Absolut.
Seseorang termasuk golongan
miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan
tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan
untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan
hidup.
Kesulitan utama dalam konsep
kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena
kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi
juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya.
Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang membutuhkan barang-barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya.
2.
Kemiskinan Relatif .
Seseorang termasuk golongan
miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi
masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan
konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup
masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan
selalu ada.
Oleh karena itu, kemiskinan
dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan
antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin
besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.
3.
Kemiskinan Kultural.
Seseorang termasuk golongan
miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak
mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak
lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena
sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.
2.3 Pemecahan
Masalah Melalui Pendekatan-Pendekatan Pemecahan Masalah.
A. Melalui
pendekatan agama.
Kegiatan
untuk membantu keluarga yang miskin telah dilakukan oleh masyarakat yang secara
ekonomi mampu, baik secara pribadi maupun kelompok. Mengenai kegiatan pemberian
bantuan secara atau bersifat pribadi biasanya merek alakukan pada ssaat
tertentu dan bagi yang beragama islam dalam bentuk sedekah ataupun pada saat
menjelang hari raya idul firti berupa zakat fitrah, ataupun zakat mal, sesuai
ketentuan agama islam. Sementara kegiatan pemberian bantuan kepada keluarga
miskin dilaksanakan oleh umat yng beragama katholik ataupun Kristen disebut
tabungan cinta kasih (Tacika)yang biasanya diberikan pada saat menjelang hari
natal dan hari paskah.
B. Melalui
pendekatan Jurnalistik.
Dengan
pendekatan jurnalistik dimaksudkan sebagai usaha penyebarluasan informasi yang
berkaitan dengan masalah sosial melalui tulisan-tulisan di media cetak. Melalui
pendekatan ini masalah sosial diusahakan untuk dikenalkan pada masyarakat baik
dalam arti masalah sosial itu sendiri maupun sebab-akibat serta cara-cara
menghadapinya. Artikel-artikel di media baca, maupun media internet mengenai
kemiskinan yang terjadi di Indonesia dapat membuat masyarakat lebih peka. Juga
bisa sebagai media pengajak masyarakat dan organisasi untuk berpartisipasi
memutus rantai kemiskinan di Indonesia.
C. Melalui
Pendekatan Seni.
Pendekatan
seni adalah suatu upaya yang dilakukan para seniman (seni drama, musik, tari,
lukis, sastra dsb) untuk membangun simpati kemanusiaan sehubungan dengan
sistuasi sosial yang bermasalah. Dalam adat Jawa biasanya dalam membantu
orang-orang miskin, orang-orang kaya mengundang mereka dalam acara kesenian
yang biasanya dimainkan oleh orang-orang miskin tersebut. Pengundangan ini
bukan hanya sebagai pentas kesenian namun tujuan untuk membantu mereka mendapat
penghasilan.Melalui Pentas drama theater yang menggambarkan situasi sosial
masyarakat miskin.
D. Melalui
Pendekatan Interdisipliner.
Pemecahan melalui aspek ekonomi ; Menciptakan iklim usaha yang
kondusif dan menyediakan lingkungan yang mampu mendorong pengembangan umkm
secara sistemik, mandiri dan berkelanjutan. Menciptakan lapangan kerja yang
mampu menyerap lapangan kerja sehingga mengurangi masalah pengangguran. Karena
pengangguran merupakan masalah terbesar di Indonesia.
Pemecahan aspek social ;
digalakkannya pembangunan didaerah sehingga ineraksi social bisa lebih
meningkat dengan adanya pembangunan dan teknologi yang mendukung.
Pemecahan
aspek struktural ; menghapuskan korupsi, sebab korupsi adalah salah satu
penyebab layanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga
masyarakat tidak bisa menikmati hak nya.
Pemecahan aspek
psikolgi ; menanamkan rasa percaya diri dan mengembangkan kreatifitas
didalam lingkungan social, dan memberikan pelayanan social kepada masyarakat.
Pemecahan
aspek pendidikan ; memberikan informasi-informasi bahwa pendidikan sangat
penting didalam kehidupan social, apalagi sudah diterapkannya wajib belajar
9tahun dengan bebas biaya.
Pemecahan
aspek teologi ; menggalakkan program zakat, didalam ajaran islam zakat
diperkenalkan sebagai media untuk menumbuhkan pemerataan kesejahteraan diantara
masyarakat dan mengurangi kesenjangan kaya dan miskin.
Pemecahan aspek
kebudayaan ; mengikuti berbagai pelatihan kursus sebagai
pengembangan diri agar mempunyai kemampuan dan keahlian.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Masalah
kemiskinan merupakan permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia dan
merupakan masalah yang kompleks, sehingga membutuhkan keterlibatan berbagai
pihak dalam penanganannya. Masalah ini dari dahulu sampai sekarang tetap
menjadi isu sentral di Indonesia.
Pekerjaan
sosial merupakan profesi utama dalam bidang kesejahteraan sosial juga mempunyai
tanggung jawab dalam penanganan permasalahan kemiskinan tersebut. Dalam
penanganan masalah kemiskinan profesi pekerjaan sosial berfokus pada
peningkatan keberfungsian sosial si miskin. Sebagaimana halnya profesi
kedokteran berkaitan dengan konsepsi kesehatan, psikolog dengan konsepsi
perilaku adekwat, guru dengan konsepsi pendidikan, dan pengacara dengan konsepsi
keadilan, maka keberfungsian sosial merupakan konsepsi yang penting bagi
pekerjaan social.
Pemecahan
masalah Kemiskinan Di Indonesia juga dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan. Diantaranya melalui pendekatan Agama, Kesenian, Jurnalistik, dan
Interdisipliner.
3.2 Saran.
Saran dari penulis bahwa sesungguhnya kemiskinan itu
bukan suatu penghalang kita-kita untuk tidak bersosialisasi dengan baik. Dalam
hal memperbaiki kemiskinan alangkah baiknya kita sebagai rakyat Indonesia harus
saling bersosialisasi dalam hal segi apapun.
DAFTAR
PUSTAKA
Halo Saya mau mencari ruang lingkup ya anak SMA
BalasHapus